Ibnu Zuhr: Dokter Terhebat dari Zaman Keemasan
Bapak ilmu bedah eksperimental’‘ begitulah Ibnu Zuhr kerap dijuluki. Menurut Abdel-Halim (2005) dalam tulisannya bertajuk Contributions of Ibn Zuhr (Avenzoar) to the progress of surgery: A study and translations from his book Al-Taisir, dokter Muslim kelahiran Seville, Spanyol Islam, itu dianggap telah berjasa memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu bedah. Sang dokter pun tercatat sebagai dokter perintis yang memperkenalkan metode bedah manusia dan autopsi. ‘’Ibnu Zuhr adalah penemu prosedur bedah tracheotomy (leher),’‘ papar Abdel-Halim. Dokter terkemuka pada era kejayaan Islam di Spanyol itu juga berhasil mengungkap misteri penyebab kudis dan radang. Dialah dokter pertama yang meyakinkan eksistensi parasit lewat parasitologi.
Berkat sederet pencapaian yang berhasil ditorehkannya itu, para sejarawan sains pun menabalkan Ibnu Zuhr sebagai dokter Muslim terhebat di zaman keemasan Islam. Ia dianggap mampu melampaui prestasi yang dicapai dokter-dokter Muslim lainnya di dunia Islam. Ibnu Zuhr memosisikan dirinya sebagai seorang dokter spesialis yang fokus pada satu bidang kedokteran. Padahal, kala itu tenaga medis Muslim lebih memilih berpraktik sebagai dokter umum. Itulah yang menyebabkan Ibnu Zuhr mampu memproduksi karya-karya yang tetap termasyhur hingga era milenium baru. Terobosan dan temuan penting yang berhasil dicapainya dalam ilmu kedokteran itu dituliskannya dalam sebuah buku monumental berjudul Kitab al- Taisir fi al-Mudawat wa al-Tadbir (Book of Simplification concerning Therapeutics and Diet).
Kitab itu ditulis atas permintaan Ibnu Rushd alias Averroes. Inilah masterpiece yang dihasilkan Ibnu Zuhr. Dalam Kitab al- Taisir, Ibnu Zuhr memaparkan sederet kontribusi penting yang dihasilkannya dalam ilmu kedokteran. Buku itu mengupas beragam penyakit dan cara penyembuhannya. Ia juga menulis Kitab al- Iqtisad fi Islah al-Anfus wa al-Ajsad (Book of the Middle Course concerning the Reformation of Souls and the Bodies). Kitab itu berisi rangkuman beraneka jenis penyakit, pengobatan, dan pencegahannya. Buku itu pun dipandang sangat bernilai tinggi karena di dalamnya mengupas dan membahas kajian psikologi.
Ibnu Zuhr juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Buah pikirannya itu dituliskannya dalam Kitab al-Aghthiya (Buku mengenai Bahan Makanan). Di buku itu, Ibnu Zuhr memerinci dan menjelaskan aneka jenis makanan dan obat-obatan serta dampaknya bagi kesehatan. Pemikiran dan penemuan yang berhasil diciptakannya begitu berpengaruh, baik di dunia kedokteran Barat maupun Timur selama beberapa abad. Buah pikir sang dokter itu lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Yahudi (Hebrew). Buku-buku yang ditulis Ibnu Zuhr itu masih populer dan menjadi rujukan sekolah kedokteran di Eropa hingga abad ke-18 M.
Sebagai perintis ilmu bedah eksperimental, Avenzoar julukan Ibnu Zuhr merupakan dokter pertama yang memanfaatkan binatang sebagai ‘kelinci percobaan’. Untuk bedah tracheotomy, misalnya, Ibnu Zuhr menyempurnakan prosedur bedahnya melalui uji coba pada seekor kambing. Ibnu Zuhr juga sempat melakukan percobaan pada seekor biri-biri ketika menangani penyakit paru-paru. ‘’Dia merupakan pendiri ilmu bedah yang independen dari bidang kedokteran,’‘ cetus Abdel-Halim. Secara khusus, dokter Muslim legendaris dari abad ke- 12 M itu memperkenalkan sebuah pusat pelatihan khusus bagi para calon dokter ahli bedah di masa depan.
Menurut Ibnu Zuhr, tak sembarang dokter bisa melakukan operasi atau bedah. Hanya dokter yang memenuhi syaratlah yang boleh melakukan operasi. Selain berjasa dalam bidang ilmu bedah eksperimental, Ibnu Zuhr turut berkontribusi dalam mengembangkan anatomi, fisiologi, etiologi, dan parasitologi. Ia adalah seorang dokter yang brilian. Ibnu Zuhr kerap mengkritisi berbagai karya kedokteran yang terdahulu, termasuk Kitab Qanun fi al-tib karya Ibnu Sina. Sang dokter legendaris ini pun membenarkan adanya darah dalam tubuh. Ibnu Zuhr juga merupakan dokter pertama yang mendirikan etiologi atau ilmu dalam kedokteran yang membahas penyebab dan asal mula penyakit. Etiologi dirintisnya saat meneliti penyakit radang telinga. Ia pun berperan dalam pengembangan ilmu anestesi. Berkat jasa Ibnu Zuhr dan Abu Al- Qasim Al-Zahrawi, Spanyol Islam tetap dikenal sebagai pengembang anestesi modern.
Kontribusi penting lainnya yang diwariskan Ibnu Zuhr bagi ilmu kedokteran modern adalah dalam bidang neurologi dan neurofarmakologi. Martin-Araguz dkk (2002) dalam bukunya bertajuk Neuroscience in al- Andalus and its influence on medieval scholastic medicine, mengungkapkan bahwa Ibnu Zuhr adalah dokter pertama yang menjelaskan gangguan pada syaraf, termasuk meningitis, intracranial thrombophlebitis, dan tumor. Menurut Martin-Araguz, Ibnu Zuhr juga turut mengembangkan neurofarmakologi modern. Ia tercatat dalam sejarah kedokteran sebagai dokter perintis yang menulis pharmacopoeia (buku daftar obat-obatan resmi). Sang dokter dari Spanyol Islam juga menerapkan sistem pengobatan dengan obat untuk menyembuhkan gejala dan penyakit tertentu.
Ibnu Zuhr dikenal sebagai dokter yang unik. Ia mengembangkan ilmu kedokteran yang berbasis pada riset dan percobaan ilmiah. Berkat sistem yang dikembangkannya itu, Ibnu Zuhr mampu menemukan beberapa penyakit yang tak diketahui sebelumnya, seperti penyakit paru-paru. Yang lebih memukau lagi, Ibnu Zuhr merupakan dokter yang menggunakan jarum suntik untuk memberikan makanan buatan bagi pasiennya. Studi penyakit lingkungan juga sangat menarik minat dan perhatiannya. Ketika wabah penyakit melanda kota Marrakech, Ibnu Zuhr turun langsung ke lapangan melakukan penelitian dan memberikan pertolongan. Ia merupakan dokter perintis dalam berbagai hal. Dalam mengembangkan sesuatu yang baru dalam ilmu kedokteran, Ibnu Zuhr selalu tampil sebagai penemu.
Sang dokter dari Spanyol Islam itu lagi-lagi tercatat sebagai yang pertama berhasil mengungkapkan nilai gizi yang terkandung dalam madu. Terobosan demi terobosan yang berhasil dikembangkannya membuat dokter-dokter lainnya kagum. Ibnu Rushd dalam bukunya Al-Kuliyat menyebut Ibnu Zuhr sebagai dokter terbesar setelah Galen. Dunia kedokteran sungguh telah banyak berutang budi dan pantas berterima kasih atas jasa dan kontribusi Ibnu Zuhr.
Jejak Hidup Sang Dokter
Abu Marwan Abdal-Malik Ibnu Zuhr. Itulah nama lengkap Avenzoar yang terlahir di Seville, Spanyol, pada tahun 1091 M. Dia dikenal sebagai dokter, apoteker, ahli bedah, sarjana Islam, dan seorang guru. Beberapa sejarawan menyebut Ibnu Zuhr sebagai orang Yahudi, namun Bapak Sejarah Sains, George Sarton memastikan bahwa sang dokter adalah seorang Muslim.
Ia menimba ilmu kedokteran di Universitas Cordoba. Ibnu Zuhr merupakan keturunan dari keluarga Bani Zuhr yang melahirkan lima generasi dokter, termasuk dua di antaranya wanita. Ibnu Zuhr pertama kali belajar praktik kedokteran dari ayahnya bernama Abu’l- Ala Zuhr (wafat tahun 1131 M). Kakeknya juga adalah seorang dok - ter yang termasyhur di Andalusia. Setelah merampungkan studinya, sastra, hukum, dan doktrin, Ibnu Zuhr mulai mendalami ilmu kedokteran secara khusus, Ibnu Zuhr lalu mendedikasikan dirinya untuk penguasa Dinasti Al- Murabitun penguasa Spanyol Islam setelah padamnya Kekha - lifah an Umayyah.
Hubungannya dengan penguasa Dinasti Mura - bitun memburuk ketika Ali Ibnu Yussuf Ibnu Tachfine berkuasa. Ibnu Zuhr lalu dipenjara selama 10 tahun di Marrakech. Setelah kekuasaan dinasti itu berakhir, Ibnu Zuhr kembali ke Andalusia dan mengabdi pada Abd al-Mu’min penguasa pertama Dinasti Al-Mu - wahidun. Ia adalah teman, murid, dan guru seorang dokter serta filsuf terkemuka Ibnu Rushd. Di era kekuasaan Dinasti Muwahidun, Ibnu Zuhr menulis karya-karyanya. Ia tutup usia pada 1161 M di tanah kelahirannya, Seville. Meski begitu, ia tetap dikenang dan namanya masih tetap abadi.
Ibnu Zuhr mewariskan beberapa kitab kedokteran penting bagi peradaban manusia modern, seperti: Kitab at-Taysirfi al-mudawat wa at-tadbir(Perawatan dan Diet). Ini adalah ensiklopedia kedokteran yang membuktikan bakat dan keahlian Ibnu Zuhr. Dia lalu menawarkan kepada temannya, Ibnu Rushd, untuk mengumpulkan bukunya dalam Generalities in Medicine. Kedua buku itu saling melengkapi satu sama lain. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada 1490 M dan masih digunakan sebagai referensi hingga abad ke-17 M.
Salinan buku kompilasi antara karya Ibnu Zuhr dan Ibnu Rushd itu masih tersimpan di banyak perpustakaan, seperti di Perpustakaan Umum Rabat, perpustakaan-perpustakaan di Paris, Oxford di Inggris, dan Florence di Italia. Kitab al-Iktisad fi Islah an-Nufus wa al-Ajsad (Curing souls and bodies)adalah rangkuman berbagai penyakit, perawatannya, pencegahan, kesehatan, dan psikoterapi. Salinan kitab ini masih tersimpan di Perpustakaan Istana di Rabat. Kitab al-Aghdia wa al-adwya (Nutrition and Medication). Dalam kitab ini, Ibnu Zuhr menjelaskan beragam jenis makanan bergizi, obat-obatan, serta dampaknya bagi kesehatan risalah. Dua salinannya masih tersimpan dengan baik di Perpustakaan Istana di Rabat. Lewat karya-karyanya itulah pemikiran Ibnhttp://digilibsman10malang.blogspot.com/2009/04/ibnu-zuhr-dokter-terhebat-dari-zaman.html Zuhr hingga kini tak pernah mati.
Berkat sederet pencapaian yang berhasil ditorehkannya itu, para sejarawan sains pun menabalkan Ibnu Zuhr sebagai dokter Muslim terhebat di zaman keemasan Islam. Ia dianggap mampu melampaui prestasi yang dicapai dokter-dokter Muslim lainnya di dunia Islam. Ibnu Zuhr memosisikan dirinya sebagai seorang dokter spesialis yang fokus pada satu bidang kedokteran. Padahal, kala itu tenaga medis Muslim lebih memilih berpraktik sebagai dokter umum. Itulah yang menyebabkan Ibnu Zuhr mampu memproduksi karya-karya yang tetap termasyhur hingga era milenium baru. Terobosan dan temuan penting yang berhasil dicapainya dalam ilmu kedokteran itu dituliskannya dalam sebuah buku monumental berjudul Kitab al- Taisir fi al-Mudawat wa al-Tadbir (Book of Simplification concerning Therapeutics and Diet).
Kitab itu ditulis atas permintaan Ibnu Rushd alias Averroes. Inilah masterpiece yang dihasilkan Ibnu Zuhr. Dalam Kitab al- Taisir, Ibnu Zuhr memaparkan sederet kontribusi penting yang dihasilkannya dalam ilmu kedokteran. Buku itu mengupas beragam penyakit dan cara penyembuhannya. Ia juga menulis Kitab al- Iqtisad fi Islah al-Anfus wa al-Ajsad (Book of the Middle Course concerning the Reformation of Souls and the Bodies). Kitab itu berisi rangkuman beraneka jenis penyakit, pengobatan, dan pencegahannya. Buku itu pun dipandang sangat bernilai tinggi karena di dalamnya mengupas dan membahas kajian psikologi.
Ibnu Zuhr juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Buah pikirannya itu dituliskannya dalam Kitab al-Aghthiya (Buku mengenai Bahan Makanan). Di buku itu, Ibnu Zuhr memerinci dan menjelaskan aneka jenis makanan dan obat-obatan serta dampaknya bagi kesehatan. Pemikiran dan penemuan yang berhasil diciptakannya begitu berpengaruh, baik di dunia kedokteran Barat maupun Timur selama beberapa abad. Buah pikir sang dokter itu lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Yahudi (Hebrew). Buku-buku yang ditulis Ibnu Zuhr itu masih populer dan menjadi rujukan sekolah kedokteran di Eropa hingga abad ke-18 M.
Sebagai perintis ilmu bedah eksperimental, Avenzoar julukan Ibnu Zuhr merupakan dokter pertama yang memanfaatkan binatang sebagai ‘kelinci percobaan’. Untuk bedah tracheotomy, misalnya, Ibnu Zuhr menyempurnakan prosedur bedahnya melalui uji coba pada seekor kambing. Ibnu Zuhr juga sempat melakukan percobaan pada seekor biri-biri ketika menangani penyakit paru-paru. ‘’Dia merupakan pendiri ilmu bedah yang independen dari bidang kedokteran,’‘ cetus Abdel-Halim. Secara khusus, dokter Muslim legendaris dari abad ke- 12 M itu memperkenalkan sebuah pusat pelatihan khusus bagi para calon dokter ahli bedah di masa depan.
Menurut Ibnu Zuhr, tak sembarang dokter bisa melakukan operasi atau bedah. Hanya dokter yang memenuhi syaratlah yang boleh melakukan operasi. Selain berjasa dalam bidang ilmu bedah eksperimental, Ibnu Zuhr turut berkontribusi dalam mengembangkan anatomi, fisiologi, etiologi, dan parasitologi. Ia adalah seorang dokter yang brilian. Ibnu Zuhr kerap mengkritisi berbagai karya kedokteran yang terdahulu, termasuk Kitab Qanun fi al-tib karya Ibnu Sina. Sang dokter legendaris ini pun membenarkan adanya darah dalam tubuh. Ibnu Zuhr juga merupakan dokter pertama yang mendirikan etiologi atau ilmu dalam kedokteran yang membahas penyebab dan asal mula penyakit. Etiologi dirintisnya saat meneliti penyakit radang telinga. Ia pun berperan dalam pengembangan ilmu anestesi. Berkat jasa Ibnu Zuhr dan Abu Al- Qasim Al-Zahrawi, Spanyol Islam tetap dikenal sebagai pengembang anestesi modern.
Kontribusi penting lainnya yang diwariskan Ibnu Zuhr bagi ilmu kedokteran modern adalah dalam bidang neurologi dan neurofarmakologi. Martin-Araguz dkk (2002) dalam bukunya bertajuk Neuroscience in al- Andalus and its influence on medieval scholastic medicine, mengungkapkan bahwa Ibnu Zuhr adalah dokter pertama yang menjelaskan gangguan pada syaraf, termasuk meningitis, intracranial thrombophlebitis, dan tumor. Menurut Martin-Araguz, Ibnu Zuhr juga turut mengembangkan neurofarmakologi modern. Ia tercatat dalam sejarah kedokteran sebagai dokter perintis yang menulis pharmacopoeia (buku daftar obat-obatan resmi). Sang dokter dari Spanyol Islam juga menerapkan sistem pengobatan dengan obat untuk menyembuhkan gejala dan penyakit tertentu.
Ibnu Zuhr dikenal sebagai dokter yang unik. Ia mengembangkan ilmu kedokteran yang berbasis pada riset dan percobaan ilmiah. Berkat sistem yang dikembangkannya itu, Ibnu Zuhr mampu menemukan beberapa penyakit yang tak diketahui sebelumnya, seperti penyakit paru-paru. Yang lebih memukau lagi, Ibnu Zuhr merupakan dokter yang menggunakan jarum suntik untuk memberikan makanan buatan bagi pasiennya. Studi penyakit lingkungan juga sangat menarik minat dan perhatiannya. Ketika wabah penyakit melanda kota Marrakech, Ibnu Zuhr turun langsung ke lapangan melakukan penelitian dan memberikan pertolongan. Ia merupakan dokter perintis dalam berbagai hal. Dalam mengembangkan sesuatu yang baru dalam ilmu kedokteran, Ibnu Zuhr selalu tampil sebagai penemu.
Sang dokter dari Spanyol Islam itu lagi-lagi tercatat sebagai yang pertama berhasil mengungkapkan nilai gizi yang terkandung dalam madu. Terobosan demi terobosan yang berhasil dikembangkannya membuat dokter-dokter lainnya kagum. Ibnu Rushd dalam bukunya Al-Kuliyat menyebut Ibnu Zuhr sebagai dokter terbesar setelah Galen. Dunia kedokteran sungguh telah banyak berutang budi dan pantas berterima kasih atas jasa dan kontribusi Ibnu Zuhr.
Jejak Hidup Sang Dokter
Abu Marwan Abdal-Malik Ibnu Zuhr. Itulah nama lengkap Avenzoar yang terlahir di Seville, Spanyol, pada tahun 1091 M. Dia dikenal sebagai dokter, apoteker, ahli bedah, sarjana Islam, dan seorang guru. Beberapa sejarawan menyebut Ibnu Zuhr sebagai orang Yahudi, namun Bapak Sejarah Sains, George Sarton memastikan bahwa sang dokter adalah seorang Muslim.
Ia menimba ilmu kedokteran di Universitas Cordoba. Ibnu Zuhr merupakan keturunan dari keluarga Bani Zuhr yang melahirkan lima generasi dokter, termasuk dua di antaranya wanita. Ibnu Zuhr pertama kali belajar praktik kedokteran dari ayahnya bernama Abu’l- Ala Zuhr (wafat tahun 1131 M). Kakeknya juga adalah seorang dok - ter yang termasyhur di Andalusia. Setelah merampungkan studinya, sastra, hukum, dan doktrin, Ibnu Zuhr mulai mendalami ilmu kedokteran secara khusus, Ibnu Zuhr lalu mendedikasikan dirinya untuk penguasa Dinasti Al- Murabitun penguasa Spanyol Islam setelah padamnya Kekha - lifah an Umayyah.
Hubungannya dengan penguasa Dinasti Mura - bitun memburuk ketika Ali Ibnu Yussuf Ibnu Tachfine berkuasa. Ibnu Zuhr lalu dipenjara selama 10 tahun di Marrakech. Setelah kekuasaan dinasti itu berakhir, Ibnu Zuhr kembali ke Andalusia dan mengabdi pada Abd al-Mu’min penguasa pertama Dinasti Al-Mu - wahidun. Ia adalah teman, murid, dan guru seorang dokter serta filsuf terkemuka Ibnu Rushd. Di era kekuasaan Dinasti Muwahidun, Ibnu Zuhr menulis karya-karyanya. Ia tutup usia pada 1161 M di tanah kelahirannya, Seville. Meski begitu, ia tetap dikenang dan namanya masih tetap abadi.
Ibnu Zuhr mewariskan beberapa kitab kedokteran penting bagi peradaban manusia modern, seperti: Kitab at-Taysirfi al-mudawat wa at-tadbir(Perawatan dan Diet). Ini adalah ensiklopedia kedokteran yang membuktikan bakat dan keahlian Ibnu Zuhr. Dia lalu menawarkan kepada temannya, Ibnu Rushd, untuk mengumpulkan bukunya dalam Generalities in Medicine. Kedua buku itu saling melengkapi satu sama lain. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada 1490 M dan masih digunakan sebagai referensi hingga abad ke-17 M.
Salinan buku kompilasi antara karya Ibnu Zuhr dan Ibnu Rushd itu masih tersimpan di banyak perpustakaan, seperti di Perpustakaan Umum Rabat, perpustakaan-perpustakaan di Paris, Oxford di Inggris, dan Florence di Italia. Kitab al-Iktisad fi Islah an-Nufus wa al-Ajsad (Curing souls and bodies)adalah rangkuman berbagai penyakit, perawatannya, pencegahan, kesehatan, dan psikoterapi. Salinan kitab ini masih tersimpan di Perpustakaan Istana di Rabat. Kitab al-Aghdia wa al-adwya (Nutrition and Medication). Dalam kitab ini, Ibnu Zuhr menjelaskan beragam jenis makanan bergizi, obat-obatan, serta dampaknya bagi kesehatan risalah. Dua salinannya masih tersimpan dengan baik di Perpustakaan Istana di Rabat. Lewat karya-karyanya itulah pemikiran Ibnhttp://digilibsman10malang.blogspot.com/2009/04/ibnu-zuhr-dokter-terhebat-dari-zaman.html Zuhr hingga kini tak pernah mati.
(Sumber : dok/rep/Januari 2009/heri ruslan )
0 komentar: