SERANGGA SEBAGAI BAHAN MAKANAN
Ir. Sutrisno Koswara, MSi
Staf Pengajar Ilmu dan Teknologi Pangan
FATETA-IPB PO BOX 220 Bogor 16002
(Pernah dimuat di Harian Kompas)
Beberapa waktu yang lalu, sebuah stasiun televisi swasta menayangkan
menyajikan masakan dari aneka jenis serangga. Makanan tersebut begitu larisnya,
sehingga mereka rela antri hanya untuk mendapatkan sepiring kecil masakan anekaserangga tersebut. Ternyata di bagian dunia yang lain, termasuk di negara kita serangga
memang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Tetapi tentunya jenis serangganya
tertentu dan perlu diketahui cara pemasakannya.
Lingkungan tropis sangat mendukung bagi pertumbuhan ribuan jenis serangga,
banyak diantaranya ternyata diolah menjadi makanan. Beberapa jenis serangga, misalnya
rayap dan belalang, yang muncul dalam jumlah yang sangat banyak di saat tertentu tiap
tahun. Bahkan hampir tiap tahun beberapa lahan pertanian di negara kita dilanda ribuan
hama serangga, khususnya belalang, yang menghabiskan tanaman padi dan palawija
petani. Serangga dalam jumlah banyak tersebut, sebenarnya dapat dengan mudah
ditangkap dan dimasak, atau diawetkan untuk persediaan. Serangga lain, seperti jangkrik
dan kumbang banyak terdapat sepanjang musim panas, disaat bahan makanan lain mulai
sulit diperoleh.
Nilai Gizi Serangga
Bagi kelompok masyarakat tertentu, terutama di Afrika dan beberapa kelompok diAsia, konsumsi larva dan serangga dewasa ternyata memberikan sumbangan zart gizi
yang sangat berarti. Di Eropa dan Amerika, perburuan serangga untuk dimakan ternyata
juga dilakukan, tetapi tujuannya sebagian besar adalah untuk gaya hidup. Banyak orang
di negara-negara maju tersebut menyukai gaya hidup di alam bebas atau alam liar
termasuk cara mendapatkan makanannya. Bagi mereka, serangga merupakan makanan
favorit yang sering diburu. Aneka buku dan ribuan resep serta situs-situs di internet
tentang mengolah serangga sebagai bahan makanan telah dibuat dan dikembangkan oleh
kelompok masyarakat tersebut.Sebagian besar serangga kaya akan protein (40-60 persen) dan lemak (10-15persen). Serangga dewasa kadang-kadang membutuhkan penghilangan kulit kerasnyasebelum dapat digoreng atau disangrai. Larva serangga baik dalam bentuk serangga mudamaupun ulat (sering disebut caterpillar) dapat langsung dimasak, atau ditambahkan ke
dalam saus atau rebusan makanan (daging dan sayur/buah). Komposisi gizi beberapa
jenis serangga yang digunakan sebagai bahan pangan dapat dilihat pada Tabel 1.
Salah satu faktor penting dalam memilih serangga untuk bahan pangan adalah
jumlah yang tersedia di suatu tempat dan suatu waktu. Oleh karena itu, jenis serangga
yang sering dipakai adalah jenis serangga yang melakukan migrasi (pindah tempat),
biasanya dalam jumlah jutaan ekor. Di Afrika, fase migrasi belalang dalam jumlah yang
sangat banyak sehingga mudah ditangkap dan dipanen disebut locust atau locustana.
Dalam fase non migrasi, jumlahnya lebih sedikit biasanya belalang atau grasshopper
hidup di lapangan atau padang rumput, juga merupakan bahan makanan yang cukup
banyak digemari di banyak negara.Di Zimbabwe, locustana atau belalang dikumpulkan sebelum fajar tiba, dimanaserangga tersebut dalam keadaan tidak aktif. Kemudian mereka direbus dalam air mendidih, lalu dijemur sampai kering selama 1 – 2 hari. Jika akan diolah, sayap dan
kakinya dilepaskan dan locustana kering kemudian direndam dalam air hingga air
terserap, dimasak dengan bawang merah, tomat dan hancuran kacang tanah berbumbu.
Di Ethiopia, locustana ditumbuk dan direbus dengan susu, atau dikeringkan dan
digiling menjadi tepung. Tepung locustana atau belalang ini kemudian dicampur dengan
minyak sayur dan dipanggang menghasilkan makanan sejenis cake.
Di banyak negara Afrika, belalang segar disangrai, diberi garam dan dikonsumsi
sebagai snack. Produk ini tinggi kandungan proteinnya dan mengandung lemak dalam
jumlah yang cukup. Pada saat booming jangkrik beberapa tahun yang lalu, jangkrik goreng, sangrai dan peyek jangkrik diproduksi dan dijualbelikan sebagai lauk di beberapa daerah di
Indonesia. Di Bangkok sejenis jangkrik, bahkan satu jenis kecoa tertentu baik dalam
bentuk serangga dewasa maupun telurnya, sudah biasa dikonsumsi bagi golongan
masyarakat tertentu. Anak-anak di Thailand mengumpulkan telur sejenis kecoa tertentu
untuk digoreng. Belalang dan jangkrik juga disangrai dan digoreng di Papua New
Guinea.
Rayap
Di daerah tropis, rayap terdapat dimana-mana dalam jumlah yang banyak. Mereka
dengan mudah dapat dikumpulkan dari sarang rayap atau dengan cara memancing merekaDi daerah tropis, rayap terdapat dimana-mana dalam jumlah yang banyak. Mereka
menggunakan lampu pada malam hari, biasanya setelah hujan. Pada saat keluar sarang,
rayap yang masih bersayap akan tertarik pada cahaya lampu atau api dan terbang
disekitar sumber sinar tersebut. Hawa panas disekitar sumber cahaya menyebabkan sayap
rapap terlepas sehingga tubuhnya jatuh ke bawah. Rayap yang sudah tidak bersayap ini
sangat mudah untuk ditangkap dan dikumpulkan.
Ratu rayap ternyata mempunyai rasa yang enak, panjangnya dapat mencapai 10-
12 cm. Mereka tidak keluar dari sarangnya, tetapi tetap berada ditempat ruangan khusus
tempat mengeluarkan ribuan telur tiap hari. Jika gundukan tanah sarang rayap
dihancurkan, ratu rayap dapat ditangkap dan dimasak dengan cara disangrai (digoreng
tanpa minyak).
Rayap yang masih bersayap dapat digoreng kering dalam panci karena mereka
kaya akan minyak. Selama penggorengan, sayapnya akan lepas dan dapat dipisahkan
dengan hembusan angin. Kemudian diberi garam dan dimakan sebagai snack. Di Afrika
Barat, rayap digoreng dalam minyak sawit, sedangkan di Malawi dan Zimbabwe rayap
dipanaskan sebentar, dikeringkan dan kemudian dijual.
Kumbang Air
Beberapa negara tropis memanfaatkan kumbang air sebagai bahan pangan.Kumbang air raksasa (Lethocerus indicus) atau maeng-da-na sangat diha rgai di Thailand
karena keunikan rasanya. Panjangnya sekitar 5-6 cm dan ditangkap dengan jaring yang
dirancang secara khusus. Setelah dikukus, kemudian direndam dalam saos udang dan
digerus menjadi pasta yang disebut mang daar. Pasta mang daar dicampur dengan udang
kecil-kecil, air jeruk nipis, bawang putih dan lada dan digunakan sebagai saos atau
dimakan dengan sayuran salad.
Kumbang air jenis lainnya yang dapat dimakan disebut water boatman (Corisella
spp). Serangga ini banyak digunakan sebagai bahan makanan di Mexico, baik dalam
bentuk serangga dewasa maupun telur. Tetapi, telurnya yang disebut axayacate, lebih
disukai. Telur kumbang air tersebut dapat digoreng, atau langsung dimakan, atau
dikeringkan dan dicampur dengan tepung jagung berflavor. Tepung ini digunakan untuk
membuat biskuit dan cake khusus yang disebut haoutle, yang biasanya dimakan dengan
cabe hijau.
Larva/Ulat Kupu-kupu (Caterpillars) dan Larva Kumbang
Larva dari kupu-kupu dan pijer sering disebut sebagai caterpillar, yang jenisnyabanyak digunakan sebagai bahan pangan. Seperti halnya belalang dan rayap, caterpillar
yang hidup berkelompok membentuk koloni lebih banyak disukai karena pengumpulannya mudah. Di beberapa daerah di Tanzania, caterpillars dari kupu-kupu sutra liar (Anaphe
infracta) dicari untuk dijadikan bahan makanan. Ulat sutra jenis ini berkelompok dan
membentuk kepompong kuat berwarna kuning pada cabang semak-semak di padang
rumput. Larva tersebut dapat dikumpulkan dalam jumlah banyak untuk dibuat tepung,
sehingga dapat disimpan. Kepompong dari ulat sutra Afrika (Bombyx anaphe) juga dapat
dimakan. Pada distrik Luwingu di Zambia, ulat-ulat yang hidup berkelompok merupakan
sumber daya alam yang penting selama musim hujan. Selama beberapa bulan mereka
menyumbangkan protein hewani dalam jumlah yang cukup banyak, disamping
merupakan sumber riboflavin (vitamin B2) yang baik. Ulat yang besar disiapkan untuk
dimasak dengan cara mengeluarkan bagian jeroannya lebih dahulu. Kemudian mereka
dimasukkan ke dalam sedikit air mendidih dan dibiarkan sampai semua air menguap.
Dua jenis ulat, yang dikenal dengan nama Bemba ifitobo dan B. impwepwe makan
tanaman yang beracun, yang menyebabkan mereka juga jadi beracun. Supaya racunnya
hilang, harus dimasak dengan air garam yang tampaknya dapat menghancurkan racun
tersebut. Setelah ulat direbus, ditambahkan garam, rempah-rempah, tumbukkan kacang
tanah, bawang merah dan tomat. Pemasakan diteruskan sampai dihasilkan makanan yang
enak. Ulat segar juga dapat digoreng, atau disangrai menghasilkan snack. Ulat dapat
diawetkan dengan pengeringan, setelah sebelumnya dibersihkan dan direbus. Ulat kering
ini dipasarkan baik di desa maupun di kota di Zambia dengan harga yang lumayan mahal.
Di Asia Selatan, pupa dari ulat sutra atau Bombyx mory, dimakan sebagai snack
setelah diambil benang-benang sutranya. Sebelum menguraikan benang sutra, kokon
dicelupkan ke dalam air mendidih, yang menyebabkan pupa di dalam kokon menjadi
masak. Pupa ulat sutra juga dapat digoreng dan dicamour daun jeruk purut, atau dibuat
sup dengan brokoli dan rempah-rempah.
Larva kumbang atau yang dikenal dengan sebutan tempayak (bentuknya berupa
ulat putih gemuk pendek) banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan di banyak
negara. Misalnya di Thailand, larva atau ulat kumbang dikumpulkan dari desa-desa,
kemudian direndam dalam santan, dan digoreng hingga renyah. Larva kumbang kelapa
(Rhynchophorus spp) juga dijadikan makanan di Afrika Barat dan Tengah, India, Asia
Selatan, termasuk di beberapa daerah di Indonesia. Sebelumnya kepala ulat kumbang
kelapa tersebut dibuang lebih dahulu dan badannya digoreng dengan minyak sayur.
Sedangkan jenis ulat kumbang yang dimakan di India antara lain Cleandra palmarum dan
Prionus demicornis. Jenis lainnya adalah ulat atau larva kumbang sagu, yang populer
sebagai bahan pangan di Papua New Guinea, biasanya dibungkus daun pisang dan
dipepes atau dipanggang.
0 komentar: